Orang-orang Tamil diketahui telah lama menetap di beberapa tempat di wilayah Sumatra bagian utara dan wilayah sekitarnya, seperti di Myanmar, Thailand selatan, dan Semenanjung Tanah Melayu. Mereka menetap sejak sekurang-kurangnya pada abad ke-10 Masehi.
Keberadaan kumunitas Tamil di wilayah-wilayah tersebut dapat diketahui dari prasasti-prasasti berbahasa Tamil dan arca-arca Hindu dan Buddha yang berlanggam Tamil (India Selatan). Berdasarkan prasasti-prasastinya, dapat diketahui bahwa di wilayah-wilayah tersebut orang-orang Tamil yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang membentuk semacam perserikatan dagang.
Sebuah prasasti batu yang ditemukan di Situs Labo Tua, Barus (Sumatra Utara) bertanggal Februari 1088 berisi tentang Perserikatan Dagang Tamil “Yang Kelima Ratus dari Seribu Arah”, dan kewajiban membayar pajak añcu-tunt-ayam bagi para nahkoda kapal dan kévi.
Prasasti Rajendracola dari Tañjore (1030/1031 Masehi) menyebutkan tentang penyerangan Sriwijaya dan beberapa tempat di sekitar Selat Melaka oleh Rajendracola. Motif penyerangan ini diduga karena alasan ekonomi, yaitu penguasaan atas Selat Melaka dimana para pedagang Tamil diwajibkan membayar pajak pada Sriwijaya.
Beberapa pakar beranggapan bahwa raja-raja Cola sering menjalin kerjasama dengan para saudagar Tamil yang telah masuk ke Asia Tenggara dan Tiongkok. Akibat dari kerjasama ini para penguasa Cola bertindak sebagai pelindung dari para saudagar Tamil ini. Mungkin pajak añcu-tunt-ayam yang ditarik dari para nahkoda kapal dan kevi dipakai sebagai upeti dengan imbalan keamanan para saudagar selama di laut. Dengan membayar pajak/upeti ini Rajendracola “berkewajiban” melindungi para saudagar/pelaut Tamil, kapal dan muatannya yang beroperasi di sepanjang jalur perdagangan/pelayaran.
Para saudagar Tamil tersebut jelas tinggl di Sumatra. Bukti-bukti arkeologis yang berupa arca berlanggam Cola atau arca-arca berlanggam Tamil Nadu pedesaan ditemukan di Situs Kota Cina (Medan) dalam konteksnya dengan bangunan, dan ditemukan di Situs Rantau Kapas Tuo dan Gedung Karya (keduanya di Jambi).
(BBU)
Daerah hulu Batanghari dan Rambahan, tidak lepas dari latar belakang sejarah daerah tersebut yang dikaitkan dengan dua kerajaan besar di awal Masehi yaitu Melayu dan Sriwijaya. Kedua kerajaan saling mendominasi…