Gunung Tua adalah ibukota Kecamatan Padang Bolak dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Karena letaknya di persimpangan jalan Pakanbaru-Rantauprapat dan Pakanbaru-Padang Sidimpuan, kota kecamatan ini cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dan sekaligus sebagai tempat persinggahan. Letaknya sekitar 60 km. dari arah Kota Padang Sidimpuan.
Tinggalan budaya masa lampau yang terpenting dari Gunung Tua berupa sebuah arca-kelompok yang terdiri dari sebuah arca Lokanatha yang diapit oleh dua buah arca Tara disebelah kiri dan kanannya, tetapi hanya tinggal satu arca Tara (Schnitger 1937:32; Kempers 1959: 69). Dengan mengutip pendapat dari Bhattacharyya, Nik Hassan menduga bahwa arca yang hilang tersebut adalah arca Hayagriwa (Shuhaimi 1992: 76). Ukuran tinggi arca adalah 45,5 cm. dan dibuat dari bahan perunggu. Menurut Satyawati Suleiman, gaya arca Gunung Tua ini seperti gaya arca perunggu masa Cola yang berkembang di India Selatan pada sekitar abad ke-11 Masehi (1981: 47).
Di bagian belakang alas arca ini terdapat prasasti yang berbunyi: "juru pandai suryya barbwat bhatara Lokanatha" yang berarti kira-kira "Juru pandai Suryya membuat bhatara Lokan?tha pada tahun 961 Saka" (Bosch 1930; Damais 1955). Menurut Krom, bentuk aksara pada prasasti sama seperti bentuk aksara Jawa Kuno di Jawa Tengah, dan angka tahun yang tercantum pada prasasti adalah tahun 1024 Masehi (Krom 1927). Demikian juga pendapat dari Bosch yang menyatakan angka tahun 1024 Masehi dengan bahasa Sansekerta dengan beberapa kata Melayu (Bosch 1930). Sementara itu, Damais memperbaikinya dengan menyebutkan tanggal 30 Maret 1039 Masehi (Damais 1952; 1955). Kata "barbwat" menurut Satyawati Suleiman adalah bahasa Melayu Kuno dengan ciri batak, yang merupakan petunjuk bahwa arca ini dibuat setempat dan bukan diimport (Suleiman 1981: 47). Arca Lokanatha tersebut kini disimpan di Museum Nasional dengan nomor inv. B. 626d.
Kepustakaan:
Bosch, F.D.K,, 1930, “Verslag van een Reis door Sumatra”, dalam OV 1930 Bijlage C. hlm. 133-157.
Damais, L.C., 1952, “Etudes d’épigraphie indonésienne, III: liste des principales inscriptions datees de l’Indonésie, dalam BEFEO 46.
Damais, L.C., 1955, “Etudes d’épigraphie indonésienne, IV: discussion de la date des inscriptions”, dalam BEFEO, 47.
Kempers, A.J. Bernet, 1959, Ancient Indonesian Art. Massachusetts: Harvard University Press,
Nik Hassan Shuhaimi, 1992, Arkeologi, Seni dan Kerajaan Kuno Sumatera. Selangor Darul Ehsan: Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia.
Schnitger, F.M., 1937, The Archaeology of Hindoo Sumatra. Leiden: E.J. Brill
Suleiman, Satyawati, 1980, “The History and Art of Srivijaya”, dalam The Art of Srivijaya (M.C. Subhadradis Diskul, ed.) Kuala Lumpur: Oxford University Press.
------------, 1981. Sculptures of Ancient Sumatra. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
(Bambang Budi Utomo)
Kerani Rendahan
Latar Belakang Natuna adalah gugusan Kepulauan Nusantara di Samudra Natuna Utara (Cina Selatan) yang memiliki posisi penting sebagai kawasan perbatasan NKRI. Pada saat ini pemerintah sedang membangun dan memperkuat wilayah…