Jakarta – Pusat Penelitian Arkeologi Nasional kembali menyelenggarakan Kegiatan Diskusi Sambil Ngopi di Rumah Aja Kita dengan menggambil judul “Era Kenormalan Baru, Arkeologi Bisa Apa?”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu, 17 Juni 2020 melalui aplikasi zoom dan live streaming di kanal YouTube Puslit Arkenas.
Kegiatan diskusi ini membahas Era Kenormalan Baru yang mengharuskan masyarakat beradaptasi di tengah situasi pandemik. Panduan kenormalan baru dituangkan di dalam aturan atau protokol yang baru, serta teknik dan prosedur yang baru pula, sesuai dengan jenis aktivitasnya masing-masing. Begitu pun arkeologi, pekerjaan yang identik dengan aktivitas lapangan ini tentunya ikut terdampak. Oleh karena itu, diskusi ini difokuskan untuk membahas strategi arah kebijakan riset arkeologi di era kenormalan baru.
Kegiatan diskusi bulanan ini mengundang tiga narasumber yaitu Dr. Bagus Takwin, M.Hum. (Dosen Psikologi, Universitas Indonesia), Dr. I Made Geria, M.Si. (Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), Andes Rizky (Managing Director Shinta VR-Milea Lab), dan dimoderatori oleh Rama Putra Siswantara, S.Ikom. (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional).
Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Dr. Bagus Takwin, M.Hum dengan judul “Kehidupan Akademik di Normal Baru”. Materi yang disampaikan meliputi kehidupan akademik di masa pandemi Covid-19, Riset di Masa “Normal Baru”, dan saran yang perlu dilakukan. Salah satu pesan yang disampaikan oleh narasumber adalah perlunya mempersiapkan diri untuk mengembangkan rencana keselamatan sebelum penelitian untuk menjaga keselamatan seluruh anggota tim penelitian.
Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Dr. I Made Geria, M.Si. yang menyampaikan “Arah Kebijakan Riset Arkenas di Era New Normal”. Materi yang disampaikan meliputi kebijakan riset arkeologi di Era New Normal, Teknik Survey dan pengambilan data, dan outcome penelitian yang berdampak. “Kegiatan riset di lingkungan Puslit Arkenas dan Balar mengalami penyesuaian akibat pandemi. Penelitian yang semula direncanakan dikerjakan tahun ini akan diundur ke tahun depan. Sedangkan tahun ini, penelitian dilakukan secara desk study dengan tetap memperhatikan Risk Assesment/Dynamic Risk. Pelaksanaan riset diutamakan tanpa pengumpulan data secara langsung di lapangan dan tetap mengutamakan protocol keselamatan Covid-19 bagi tim” Jelas I Made Geria dalam paparannya.
Pemaparan materi ketiga disampaikan oleh Andes Rizky “Immersive Technology for post-pandemic archaeologist”. Materi yang disampaikan berupa pengembangan digital archaeology untuk penelitian dan publikasi hasil penelitian. Pembahasan difokuskan pada Immersive Technology AR/VR Trends, 3D Photogrametry, Combination Photogrametry & Immersive Technology, Hardware for applying Immersive Technology, dan Software for applying Immersive Technology.
Kegiatan diskusi ditutup dengan penyimpulan oleh moderator yang menjelaskan Dua program utama yang harus terus dijalankan adalah kegiatan Penelitian dan Rumah Peradaban. Peneliti diharapkan dapat memaksimalkan penelitian desk study, memaksimalkan karya yang dihasilkannya, meningkatkan jumlah sitasi dirinya, serta menjadi narasumber atau tutor di dalam berbagai kegiatan ilmiah daring. Bidang arkeologi yang erat kaitannya dengan objek/materi fisik dapat menggunakan immersive technology, yaitu teknologi yang mampu meniru dunia fisik dan menciptakan sensasi imersif, seperti Virtual Reality, Augmented Reality, atau Mixed Reality. Selain itu, ada pula 3D fotogrametri.
Apabila mampu mengambil hikmah atau hal positif di balik kondisi pandemi saat ini, bisa jadi situasi kini merupakan momentum bagi kita – lembaga penelitian arkeologi – untuk memaksimalkan pelaksanaan kegiatan penelitian dan penyebarluasan informasi arkeologi dengan dukungan teknologi yang mumpuni. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat Indonesia secara lebih luas di mana saja dan kapan saja, bahkan tidak menutup kemungkinan dinikmati pula oleh masyarakat dunia. (Harriyadi)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN SITUS ARKEOLOGI Oleh : Bambang Sulistyanto Pusat Arkeologi Nasional Abstrak Upaya pengelolaan warisan budaya di situs arkeologi pada masa sekarang, harus memperhatikan makna sosial (social…