Jakarta - Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menggelar acara Talk show dalam rangka memperingati Hari Purbakala Ke-116 tahun 2017, kegiatan ini berlangsung pada hari Senin 12 Juni 2017 dari pukul 15.00 – 17.40 WIB, di Ruang R.P. Soejono, Gedung A Lt.2, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jln. Raya Condet Pejaten No.4 Jakarta Selatan.
“ARKEOLOGI ITU EKSOTIK, MENARIK, BAWALAH KE RUANG-RUANG KELAS DAN PERPUSTAKAAN, MENDORONG LITERASI”, hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Ka Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprajitno pada saat memberikan sambutan pada acara talk show bertema KEBINEKAAN DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI UNTUK PENGUATAN KARAKTER BANGSA.
Dalam Sambutannya, Kabalitbang Kemendikbud selanjutnya menyampaikan “Gali dan menggali adalah kegiatan arkeologi, namun jangan lupa ditulis yang menarik. Hasil-hasil penelitian arkeologi yang eksotik yang ditulis dalam bentuk komik menarik dan sederhana menjadi cerita tentang kejadian-kejadian masa lampau. Komik memuat pesan kepada anak-anak tentang kebaikan, kerukunan, kebinekaanan. Komik-komik itu akan mengisi ruang-ruang kelas dan perpustakaan supaya disampaikan dan dibaca oleh anak-anak. Arkeologi memberikan bahan fakta sejarah terkait dengan hal-hal yang sedang ramai dibicarakan masa sekarang: soal kebinekaan, Pancasila, NKRI. Komik arkeologi melatih anak berpikir dan berpendapat yang diekspose melalui ide-ide berasal dari cerita. Anak belajar sejarah tidak hanya menghafal tahun menghafal nama tokoh, tetapi dengan membaca komik-komik sederhana itu nantinya anak mengerti pluralitas, belajar menghargai pandangan orang lain, menghargai perbedaan, menghargai keberagaman ketika suatu masyarakat hidup bersama”.
Pembicara dalam talk show tersebut adalah Bagyo Prasetyo (peneliti puslitarkenas) dan Kepala Bidang Perbukuan, Pusat Kurikulum Dan Perbukuan (Puskurbuk), Kemendikbud, Supriyatno. Acara tersebut juga merupakan sinergi antara dua instansi tersebut, yang menggagas penulisan buku-buku pengayaan arkeologi untuk anak dalam satuan pendidikan. Buku pengayaan merupakan buku non teks pelajaran, merupakan buku bacaan, referensi, mendukung gerakan literasi. Buku pengayaan dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk anak-anak dan juga untuk tenaga pendidik. Isi buku pengayaan sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, tidak ada unsur kekerasan atau radikalisme dan pornografi. Talk show dibuka oleh kepala puslitarkenas, I Made Geria, dihadiri oleh Kepala Puskurbuk, Awaluddin Tjala; para peneliti di lingkungan Balitbang Kemendikbud; dan guru.
Kepala Puskurbuk dalam talk show tersebut menyampaikan tanggapannya “Hasil penelitian Pustliarkenas memberikan perspektif baru, buku-buku pengayaan untuk anak-anak dalam satuan pendidikan itu sebagai bagian dari mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil-hasil riset arkeologi belum banyak di sebarkanluaskan, menurut beliau perlu merubah mekanisme mengenai sasaran target populasi pembacanya, anak dalam satuan pendidikan dapat sebagai sasaran target pembaca. Isi dalam program Rumah Peradaban Puslitarkenas yang mengangkat tema mengungkap, memaknai, dan mencintai dapat dimanfaatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil-hasil penelitian arkeologi yang ilmiah itu, bagaimana supaya bisa dipahami oleh anak-anak dalam satuan pendidikan. Inspirasi dari hasil situs arkeologi seperti Situs Gua Hrimau bisa masuk di buku pengayaan satuan pendudikan yang sesuai dengan perkembangan anak. Buku pengayaan juga sebagai referensi atau acuan untuk tenaga pendidik yang bagus. Keberadaan buku pengayaan arkeologi menjadikan Puskurbuk dinamis mengikuti perkembangam masa sekarang ini hal itu penting penting untuk dilihat kembali”.(Libra Hari Inagurasi)
Daerah hulu Batanghari dan Rambahan, tidak lepas dari latar belakang sejarah daerah tersebut yang dikaitkan dengan dua kerajaan besar di awal Masehi yaitu Melayu dan Sriwijaya. Kedua kerajaan saling mendominasi…