Universitas Indonesia, Depok – Ruang Auditorium Gedung IX Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya pagi ini ramai dipadati para peserta seminar yang haus informasi serta diliputi rasa penasaran mengenai perkembangan terkini Situs Gunung Padang. Seminar yang berlangsung pada Selasa, 2 Desember 2014, diselenggarakan untuk menyikapi berbagai macam isu yang tengah berkembang di masyarakat mengenai Situs Gunung Padang.
Situs Gunung Padang adalah situs megalitik punden berundak yang terletak di wilayah Cianjur, Jawa Barat. Situs Gunung Padang mendadak booming pada tahun 2011 saat Tim Katastropik Purba yang diinisiasi Staff Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana melakukan riset kebencanaan di situs tersebut. Di dalam penelitian itu, dinyatakan bahwa kemungkinan pada lapisan bawah permukaan situs terdapat lapisan buatan manusia (man-made). Bahkan, sempat tercetus pernyataan bahwa Gunung Padang merupakan sebuah “piramida”. Pernyataan tersebut menarik perhatian media massa yang kemudian menjadikan pemberitaan Situs Gunung Padang menjadi luar biasa. Masyarakat awam yang semula sama sekali tidak mengenal Situs Gunung Padang akhirnya menjadi mengenal situs tersebut melalui image piramida yang diberikan.
Situs Gunung Padang telah diketahui pertama kali oleh R.D.M. Verbeek pada tahun 1891. Kemudian pada tahun 1914, N.J. Krom membuat pelaporan yang lebih lengkap mengenai situs tersebut. Pusat Arkeologi Nasional beserta Balai Arkeologi Bandung telah melakukan penelitian di Situs Gunung Padang dari tahun 1979, bahkan hingga sekarang.
Di luar penelitian yang dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Bandung, Staff Khusus Presiden menginisiasi terbentuknya Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) pada tahun 2012. Kemudian pada tahun 2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Tim Nasional Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung Padang.
Pemberitaan di media massa mengenai hasil penelitian terkini di Situs Gunung Padang ternyata menimbulkan pro dan kontra di kalangan para peneliti dan akademisi. Hal yang menjadi kontroversi tersebut antara lain meliputi metodologi, etika riset, dan keragaman perspektif. Seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini bertujuan untuk mempertemukan para peneliti, ilmuwan, akademisi, serta masyarakat umum agar dapat berbicara di dalam satu forum ilmiah yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi pelestarian Situs Gunung Padang yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Tingkat Nasional pada tahun 2014 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Para pembicara dalam seminar ini adalah Prof. Ris. Dr. Bagyo Prasetyo, Peneliti Utama Pusat Arkeologi Nasional; Drs. Lutfi Yondri, M.Hum., Peneliti Balai Arkeologi Bandung yang sudah lama berkecimpung di dalam penelitian Situs Gunung Padang; serta Dr. Ali Akbar, Dosen Arkeologi FIB UI dan anggota TTRM. Setiap pembicara diberikan kesempatan untuk mempresentasikan gagasannya selama 30 menit. Kemudian setelah jeda istirahat, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang berlangsung sangat seru. Di dalam diskusi seringkali terdapat beberapa pertanyaan dan pendapat yang menuai kontroversi sehingga situasi cukup “memanas”. Namun moderator tanya jawab, Manneke Budiman P.hd., dapat memandu dan mengawal jalannya sesi sehingga berjalan dengan baik. Pernyataan yang menimbulkan perdebatan antara lain mengenai bentuk, pertanggalan, dan temuan seperti semen purba, rolling stone, batu kujang, dan koin logam.
Seminar ditutup oleh Prof. Noerhadi Magetsari yang menyampaikan secara singkat mengenai keragaman perspektif yang seringkali terjadi di dalam suatu penelitian. Perspektif adalah sebuah tafsiran yang sifatnya seringkali subjektif. Beliau menyatakan bahwa keragaman perspektif tersebut bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi dapat menghasilkan kritik, dan di sisi lain dapat menciptakan suatu penelitian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Adapun kritik yang dihasilkan diharapkan mengarah ke tujuan positif sehingga dapat memberikan manfaat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan. (Atina Winaya)
Latar Belakang Natuna adalah gugusan Kepulauan Nusantara di Samudra Natuna Utara (Cina Selatan) yang memiliki posisi penting sebagai kawasan perbatasan NKRI. Pada saat ini pemerintah sedang membangun dan memperkuat wilayah…