Berita ARKENAS

Diskusi Ilmiah

Dibaca 1401 kali
  • news

  • news

  • news

  • news

  • news

Menyingkap “Ada Apa dengan Natuna? Kilas Balik Kepulauan Natuna, Arkeologi dari Batas Negeri”

Thursday 30, Jan 2020 15:50 PM / AW

Jakarta – Pusat Penelitian Arkeologi Nasional kembali menyelenggarakan diskusi bulanan dengan tema “Ada Apa dengan Natuna? Kilas Balik Kepulauan Natuna, Arkeologi dari Batas Negeri”. Diskusi ini diselenggarakan di Kantor Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jalan Raya Condet-Pejaten No. 4, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada tanggal 30 januari 2020, dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Djoko Marihandono, S.S., M.Si. (Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia) dan Drs. Sonny Chr. Wibisono, M.A., DEA. (Peneliti Utama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional). Diskusi ini dilaksanakan untuk menanggapi isu nasional yang tengah berkembang di masyarakat yaitu konflik antara Indonesia dengan Tiongkok yang terjadi di Kepulauan Natuna yang merupakan salah satu wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Topik diskusi difokuskan untuk membedah wilayah Kepulauan Natuna dari sudut pandang arkeologi, sejarah, dan budaya sebagai bagian penting dari Nusantara. Peserta terdiri dari akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum. Sejumlah tokoh masyarakat dan begawan budaya turut hadir dalam diskusi ini antara lain, yaitu: Prof. Meutia Hatta Swasono, Prof. Jasmine Shahab, Prof. Amri Marzali, Hari Untoro Drajat, dan Haris Sukendar.

Dua narasumber yang dihadirkan dalam diskusi memaparkan sejumlah data arkeologi sekaligus data sejarah yang menjadi bukti dinamika dinamika budaya di Kepulauan Natuna dari kurun waktu masa prasejarah hingga masa kolonial. Paparan dari Prof. Dr. Djoko Marihandono menjabarkan sejumlah data penting berupa arsip Belanda yaitu Kolonial Verslag yang diterbitkan dari tahun 1847 – 1930 dan Indische Verslag yang diterbitkan dari 1931 – 1941, terbitan Memorie van Overgave, dan layanan daring penyedia arsip dari Belanda. Data menarik yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Djoko Marihandono adalah catatan tertulis mengenai Sultan Johor yang menyerahkan 300 pulau kepada Sultan Riau. Selain itu, Terdapat beberapa data mengenai pulau-pulau terdepan di Indonesia, seperti Pulau Karimun, Nongsa, Peampong, Iyu Kecil, Batu Behanti, dan Batu Mandi. Nama-nama pulau tersebut berasal dari bahasa Belanda lama.

Prof. Dr. Djoko Marihandono memaparkan bahwa masalah yang dihadapi baru-baru ini adalah terdapat nelayan-nelayan Tiongkok yang melaut di sekitar Kepulauan Natuna. Klaim Tiongkok didasarkan pada wilayah Kepulauan Natuna merupakan jalur pelayaran masyarakatnya. Terdapat dua masalah dalam hal ini, yang pertama mengenai masalah perbatasan laut dan yang kedua permasalahan pulau.  “Ada apa dengan Natuna? Tiongkok mengklaim adanya jalur pelayaran yang telah gunakan selama ini. Bukan hanya Indonesia yang terkena dampak dari jalur ini, terdapat beberapa Negara lainya seperti Brunei dan Vietnam. Laut Cina Selatan ini merupakan sebutan bagi para pedagang Eropa pada abad ke-16 untuk menandai jalur laut Eropa menuju ke Asia Timur dan Cina. Pada abad ke-2 hingga abad ke-17 disebut juga sebagai laut Champa. Sebutan nama laut tersebut menunjukan kedekatan dengan daerah atau kerajaan Negara tertentu. Analoginya belum tentu nama Laut Cina Selatan merupakan miliki Tiongkok seperti halnya Laut Hindia yang bukan milik India. Laut Cina Selatan diklaim berdasarkan pada garis yang dibuat oleh Pemerintah Republic of China, tegas Prof. Dr. Djoko Marihandono”.

Sementara itu Drs. Sonny Chr. Wibisono memaparkan sejumlah data arkeologi penting yang menggambarkan aktivitas dan budaya masyarakat Natuna dari masa lalu. Pulau Bunguran Besar merupakan pulau yang intensif diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Terdapat banyak situs sepanjang di pantai barat hingga timur Pulau Bunguran Besar. Bukan hanya dari masa klasik maupun kolonial, tetapi Natuna bisa dibilang telah didiami oleh manusia sejak masa prasejarah yang dibuktikan dengan adanya temuan beliung-beliung dikepulauan tersebut. Penelitian arkeologi yang dilakukan di Kepulauan Natuna memberikan gambaran bahwa sebelum dihuni oleh masyarakat pada masa sejarah, Pulau Natuna telah menjadi daerah hunian penting yang juga diperkuat dengan adanya temuan grabah prasejarah dan kubur-kubur batu. Beberapa fragmen atau pecahan gerabah menunjukkan adanya ciri dari Vietnam yang mengindikasikan adanya jalinan maritim pada waktu tersebut.

“Temuan penting lain yang didapatkan dalam penelitian berupa rangka manusia dan keramik Cina. Selain itu, juga ditemukan keranda berbentuk perahu yang juga dapat ditemukan di Vietnam, Brunei, Malaysia, Philipina dan lainnya. Temuan-temuan tersebut menunjukan bahwa orang-orang yang tinggal di Natuna memiliki jalinan maritim dengan daerah lain. Jalinan tersebut berpengaruh pada saling silang pengaruh budaya lokal dengan asing yang kemudian membentuk karakter dan identitas budaya yang khas bagi masyarakat Kepulauan Natuna, tegas Drs. Sonny Chr. Wibisono”.

Dalam diskusi yang juga dihadiri oleh Prof. Meutia Hatta Swasono, antropolog sekaligus mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, menambahkan bahwa harus terdapat penelitian yang lebih intensif di wilayah terluar agar bisa mengungkap jati diri, identitas, dan karakter budaya untuk memperkaya khasanah budaya kita. Penelitian kedepan diharapkan agar mampu mengungkap bagaimana pengaruh Indonesia ke luar, tidak hanya pengaruh luar masuk ke Indonesia. Kita juga harus menjaga kepulauan-kepulauan di wilayah terdepan semakin dikelola agar tidak diakui oleh orang lain. kita harus terus mengembangkan penelitian budaya mengungkap lebih lanjut kekayaan budaya di wilayah terdepan Indonesia khususnya mengenai Kepulauan Natuna.

Penulis: Harriyadi

Editor: Harry Octavianus Sofian



Baca Lainnya


Artikel Arkenas

Publikasi Penelitian
Penelitian Lainnya research

Kerajaan Melayu Pindah ke DAS Batanghari, Dharmasraya, Sumatera Barat

Thursday 27 / AW

Daerah hulu Batanghari dan Rambahan, tidak lepas dari latar belakang sejarah daerah tersebut yang dikaitkan dengan dua kerajaan besar di awal Masehi yaitu Melayu dan Sriwijaya. Kedua kerajaan saling mendominasi…

Baca Selengkapnya...


Kategori Terbitan

Aspek
device it's being served on. Flexible grids then size
1 Tulisan
Amerta
device it's being served on. Flexible grids then size.
20 Tulisan
BPA
device it's being served on. Flexible grids then size.
300 Tulisan
Kalpataru
device it's being served on. Flexible grids then size.
1325 Tulisan
Monografi
device it's being served on. Flexible grids then size.
2000 Tulisan

Daftar Bandar Togel Slot Online Terpercaya 2022

togel online

bandar togel

situs togel online

10 Daftar Situs Slot Terpercaya Dijamin VIP

online togel

judi togel online

situs slot online

slot online

togel terpercaya di batam

heromedia

Togel Online Terlengkap dan Terpercaya 2022

togel online

online togel

www togel online com

togel online terpercaya

daftar togel online terpercaya

daftar togel online