BUDAYA BAHARI BUDAYA BANGSAKU
“Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudera …”
Benar adanya bahwa nenek moyang kita orang pelaut.Hal tersebut tidak bisa disangkal karena sekarang ini kita hidup di sebuah Negara Kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil.Nenek moyang kita datang jauh dari daratan Tiongkok melalui Taiwan, Kepulauan Filipina, dan akhirnya tiba di Kalimantan dan Sulawesi terus menyebar ke Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan ke sebelah timur/utara Maluku/Papua. Selama perjalanannya mereka mengembangkan teknik bercocok-tanam dan dari pengalamannya menyeberangi laut dan selat mereka kemudian menjadi pelaut handal yang pandai “membaca” gejala alam. Itulah Bangsa Bahari yang keturunannya kemudian menjadi Suku bangsa Melayu.
Suku bangsa Melayu yang menempati pulau-pulau besar dan kecil di Nusantara, keturunannya di Sulawesi menjadi orang Manado, Minahasa, Toraja, dsb; di Kalimantan menjadi orang Dayak, Banjar, Melayu dsb; di Sumatera menjadi orang Aceh, Batak, Kubu, Palembang, dsb; di Jawa menjadi orang Sunda, Jawa, Madura, dsb.; di Bali menjadi orang Bali; di Kepulauan Sunda Kecil menjadi orang Lombok, Sasak, Bima, Flores, dsb; di Kepulauan Maluku menjadi orang Maluku. Mereka kemudian mengembangkan kebudayaan sesuai dengan lingkungan tempatnya hidup.
Kebudayaan sekelompok masyarakat merupakan satu kesatuan yang integral dengan kawasan dimana kelompok masyarakat itu berdiam, sehingga kita dapat berbicara tentang kebudayaan sukubangsa Aceh, Kubu, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, Lombok, Banjar, Dayak, Banjar, Toraja, Makassar, Maluku, Flores, dan tentu saja Papua yang merupakan keturunan ras Melanosoid, walau begitu masih merupakan Bangsa Indonesia, saudara setanah-air.
Sebelum kehadiran BangsaEropa, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berjayaakan Kebudayaan Baharinya. Terlihat dari kerajaan-kerajaan bahari yang pernah berdiri dan membawa Nusantara kemasa kejayaan dan terkenal kepenjuru dunia, seperti Sriwijaya, Singhasari, Majapahit, Demak, Gowa-Tallo, kerajaan Ternatedan Tidore, serta kesultanan Bacan yang menyebarkan agama Islam melalui perdagangan ke wilayah Raja Ampat.Kelompok orang Bugis yang menetap di daerah sekitar Manokwari dan orang setempat menyebutnya sebagai orang Mandacan (mungkin berdasarkan silsilah bahwa mereka keturunan sultan Bacan).Kerajaan/kesultanan tersebut hidup dengan perangkat aturan kebahariannya, misalnya Sriwijaya mengharuskan kapal niaga asing yang akan berdagang di wilayahnya harus menggunakan kapal Sriwijaya, Kerajaan (Kesultanan) Makassar memilikiAmanna Gappa sebagai pedoman etika pelayaran dan perdagangan, dan orang Bali memiliki hak Tawan Karang yang menyita kapal-kapal yang kandas di perairan Bali.
materi pameran dapat dilihat disini
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN SITUS ARKEOLOGI Oleh : Bambang Sulistyanto Pusat Arkeologi Nasional Abstrak Upaya pengelolaan warisan budaya di situs arkeologi pada masa sekarang, harus memperhatikan makna sosial (social…