Ketua Tim | : Prof (Ris). Dra. M.Th. Naniek Harkantiningsih, |
Year | : 2017 |
Attachment | : Lampiran tidak tersedia. |
Latar Belakang
Natuna adalah gugusan Kepulauan Nusantara di Samudra Natuna Utara (Cina Selatan) yang memiliki posisi penting sebagai kawasan perbatasan NKRI. Pada saat ini pemerintah sedang membangun dan memperkuat wilayah tapal batas antar negeri atau berbatasan dengan negeri tetangga. Pendekatan yang sedang dibangun adalah meliputi konteks sejarah dan budaya, serta arkeologi, terutama bagaimana pemahaman posisi strategis, pembentukan dan pola interaksi budaya wilayah perbatasan di masa lalu.
Sejak 5 tahun terakhir ini, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah memulai berbagai program penelitian, yaitu penelitian Jejak Migrasi Akhir Plestosen-Awal Holosen (Prasetyo dkk 2010; Wibisono 2014). Kemudian tahun 2012 sampai dengan 2015 menitik beratkan tentang “Jaringan Pelayaran dan Perdagangan Pada Masa Islam-Kolonial di Kepulauan Natuna,” dilanjutkan pada tahun 2017 mendalami jaringan pelayaran dan perdagangan melalui studi Arkeologi maritime dan kebhinekaan.
Ada dua hal pokok yang hendak dicapai dalam penelitian Natuna di tahun 2017, yaitu;
Untuk mengungkap kedua hal di atas, maka akan dilakukan analisis kontekstual melalui identifikasi rangka manusia beserta bekal kuburnya, yang kemudian ditunjung dengan analisis DNA.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan bahwa aktivitas manusia di Pulau Natuna di masa lampau, sebagian besar terletak di wilayah pantai. Variabilitas tinggalan arkeologi terutama keramik merupakan bukti nyata adanya kegiatan, baik pelayaran dan perdagangan maupun aktivitas masyarakat pada masa itu, khususnya sistem penguburan.
Menurut analisis Prof. Naniek Harkantiningsih selaku ketua Tim penelitan, bahwa Hasil identifikasi artefaktual, memberikan gambaran kronologi relatif tentang fase-fase penghunian dan aktivitas di Natuna. Persentuhan peniagaan Natuna, diduga mulai abad ke-10, intensitas meningkat di abad ke-11-13, mencapai puncak abad ke-13-14, menurun di awal abad ke-15-16 dan meningkat lagi abad ke-17 Pola sebaran kronologi ini memperjelas korelasi dengan fase-fase di era perniagaan Asia Tenggara.
Sebelum fase perniagaan, Natuna diduga telah dihuni sejak masa prasejarah. Hunian awal ini diketahui melalui temuan beliung persegi dan tembikar berslip merah di situs-situs ceruk di sepanjang pantai sisi timur Natuna. Artefak ini merupakan ciri khas dari populasi masyarakat awal Austronesia yang ditemukan di kompleks Ceruk Batu Sindu,
Data-data arkeologi Pulau Natuna yang juga mendapat perhatian khusus adalah keberadaan situs-situs kubur yang mengindikasikan adanya 4 tipe atau pola sistem penguburan;
1. Kubur tanpa bekal
2. Kubur dengan bekal
3. Kubur dengan wadah kubur benggong, dan
4. Kubur bertanda dengan jirat dan nisan
Namun, yang saat ini masih terus dicari adalah siapa penghuni awal Natuna? Oleh karena itu, dalam penelitian tahun 2017 dilakukan analisis DNA, paling tidak hasilnya diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Jalur Migrasi dan Perniagaan
Hasil identifikasi artefaktual, memberikan gambaran kronologi relatif tentang fase-fase penghunian dan aktivitas di Natuna. Fase budaya sebelum masuknya keramik (prakeramik), diduga ada kaitannya dengan pertanyaan siapa penduduk asli Natuna? Migrasi Austronesia menjadi salah satu kemungkinan yang masih belum banyak di ketahui, kecuali di bongkahan-bongkahan batu yang membentuk ceruk di bagian bawahnya di sepanjang sisi timur Natuna, khususnya di wilayah Batu Sindu, menunjukkan indikasi adanya situs-situs prasejarah. Bukti nyata kehadiran manusia prasejarah dibuktikan oleh adanya temuan beliung persegi serta tembikar berpoles slip merah yang merupakan ciri khas dari populasi masyarakat awal Austronesia yang ditemukan di kompleks Ceruk Batu Sindu, ini merupakan bukti migrasi dari Awal Holosen.
Situs-situs yang ditemukan keramik berasosiasi dengan kubur dapat dikatakan sebagai permukiman yang terkait dengan era pelayaran dan perdagangan. Penemuan kubur dipandang mewakili identitas budaya dan penduduk pengguna keramik yang hidup di Natuna pada masa perniagaan ini. Variasi budaya yang didasarkan pada tipe-tipe kubur mengindikasikan, bahwa penduduk Natuna terdiri dari beragam budaya. Apabila variasi kubur Natuna dibandingkan dengan temuan arkeologis serupa, yang ditemukan di luar Natuna (Serawak, Philippina, Vietnam, Sulawesi) ternyata ada persamaan; ini memperkuat dugaan, bahwa wilayah perairan Natuna dan sekitarnya merupakan wilayah interaksi yang luas. Bahkan, mungkin interkasi sudah terjadi sebelum era perniagaan berlangsung.
Bukti-bukti ini dapat dikatakan, bahwa Natuna merupakan salah satu destinasi yang cukup strategis di masa lalu, ketika Asia Tenggara memasuki era perniagaan. Kendatipun terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil, posisi ini dipandang meningkatkan pertumbuan ekonomi penduduk akibat terhubung dengan jaringan regional. Tranformsi situasi masa lalu ini diharapkan dapat memberi inspirasi untuk penataan strategi di wilayah perbatasan. (NAS)