Penelitian ARKENAS

Islam Kolonial

Dibaca 4108 kali
  • research

  • research

    Lokasi Pulau Natuna

  • research

    Penemuan kubur dan berbagai jenis keramik dipandang mewakili identitas penghunian dan budaya yang pernah berlangsung di Natuna pada masa lampau. Sumber: NHN, 2017

Arkeologi Natuna: Jaringan Pelayaran dan Perdagangan Pulau Terdepan Nusantara

Monday 07, May 2018 08:51 AM / AW
Ketua Tim : Prof (Ris). Dra. M.Th. Naniek Harkantiningsih,
Year : 2017
Attachment : Lampiran tidak tersedia.

Latar Belakang

Natuna adalah gugusan Kepulauan Nusantara di Samudra Natuna Utara (Cina Selatan) yang  memiliki posisi penting sebagai kawasan perbatasan NKRI.   Pada saat ini pemerintah sedang membangun dan  memperkuat wilayah  tapal batas antar negeri atau berbatasan dengan negeri tetangga.  Pendekatan yang sedang dibangun adalah  meliputi konteks sejarah dan  budaya, serta arkeologi, terutama bagaimana pemahaman posisi strategis, pembentukan dan pola interaksi budaya wilayah perbatasan di masa lalu. 

Sejak 5 tahun terakhir ini, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional telah memulai berbagai program penelitian, yaitu penelitian Jejak Migrasi Akhir Plestosen-Awal Holosen (Prasetyo dkk 2010; Wibisono 2014). Kemudian tahun 2012 sampai dengan 2015  menitik beratkan tentang “Jaringan Pelayaran dan Perdagangan Pada Masa  Islam-Kolonial di  Kepulauan Natuna,” dilanjutkan pada tahun 2017 mendalami jaringan pelayaran dan perdagangan melalui studi Arkeologi maritime dan kebhinekaan.

Ada dua hal pokok    yang hendak dicapai dalam penelitian Natuna di tahun 2017, yaitu;

  1. Merekonstruksi  sejarah penghunian Pulau Natuna dengan mempelajari fase-fase  budayanya.
  2. Mengungkap identitas dan peran Natuna dalam konteks perniagaan.

Untuk mengungkap kedua hal di atas, maka akan dilakukan analisis kontekstual melalui identifikasi rangka manusia beserta bekal kuburnya, yang kemudian ditunjung dengan analisis DNA.

 

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan bahwa aktivitas manusia di Pulau Natuna di masa lampau, sebagian besar terletak di wilayah pantai. Variabilitas tinggalan arkeologi terutama keramik merupakan bukti nyata adanya kegiatan, baik pelayaran dan perdagangan maupun aktivitas masyarakat pada masa itu, khususnya sistem penguburan.

Menurut analisis Prof. Naniek Harkantiningsih selaku ketua Tim penelitan, bahwa Hasil identifikasi artefaktual, memberikan gambaran kronologi relatif tentang fase-fase penghunian dan aktivitas di Natuna.  Persentuhan peniagaan Natuna, diduga mulai  abad ke-10, intensitas meningkat di abad ke-11-13, mencapai puncak abad ke-13-14, menurun di awal abad ke-15-16 dan meningkat lagi abad ke-17 Pola sebaran kronologi ini memperjelas korelasi dengan fase-fase di era perniagaan Asia Tenggara.

Sebelum fase perniagaan, Natuna diduga telah dihuni  sejak masa prasejarah. Hunian awal ini diketahui melalui temuan beliung persegi dan tembikar berslip merah di situs-situs ceruk di sepanjang pantai sisi timur Natuna.  Artefak ini merupakan ciri khas dari populasi masyarakat awal Austronesia yang ditemukan di kompleks Ceruk Batu Sindu,

Data-data arkeologi Pulau Natuna yang juga mendapat perhatian khusus adalah keberadaan situs-situs kubur yang mengindikasikan adanya 4 tipe atau pola sistem penguburan;  

1.         Kubur tanpa bekal

2.         Kubur dengan bekal

3.         Kubur dengan wadah kubur benggong, dan

4.         Kubur bertanda dengan jirat dan nisan

Namun, yang saat ini masih terus dicari adalah siapa penghuni awal Natuna? Oleh karena itu, dalam penelitian tahun 2017 dilakukan analisis DNA, paling tidak hasilnya diharapkan dapat menjawab pertanyaan tersebut.

 

Jalur Migrasi dan Perniagaan

Hasil identifikasi artefaktual, memberikan gambaran kronologi relatif tentang fase-fase penghunian dan aktivitas di Natuna. Fase budaya sebelum masuknya keramik (prakeramik), diduga ada kaitannya dengan pertanyaan siapa penduduk asli Natuna? Migrasi Austronesia menjadi salah satu kemungkinan yang masih belum banyak di ketahui, kecuali di bongkahan-bongkahan batu yang membentuk ceruk di bagian bawahnya di sepanjang sisi timur Natuna, khususnya di wilayah Batu Sindu, menunjukkan indikasi adanya situs-situs prasejarah. Bukti nyata kehadiran manusia prasejarah dibuktikan oleh adanya temuan beliung persegi serta tembikar berpoles slip merah yang merupakan ciri khas dari populasi masyarakat awal Austronesia yang ditemukan di kompleks Ceruk Batu Sindu, ini merupakan bukti migrasi dari Awal Holosen.

Situs-situs  yang ditemukan keramik berasosiasi dengan kubur dapat  dikatakan sebagai permukiman yang terkait dengan era pelayaran dan perdagangan.  Penemuan kubur dipandang mewakili identitas budaya dan penduduk pengguna keramik yang hidup di Natuna pada masa perniagaan ini. Variasi budaya yang didasarkan pada tipe-tipe kubur mengindikasikan, bahwa penduduk Natuna terdiri dari  beragam budaya. Apabila variasi kubur Natuna dibandingkan dengan temuan arkeologis serupa, yang ditemukan di luar Natuna (Serawak, Philippina, Vietnam, Sulawesi) ternyata ada persamaan; ini memperkuat dugaan, bahwa wilayah perairan Natuna dan sekitarnya merupakan wilayah interaksi yang luas. Bahkan, mungkin interkasi sudah terjadi sebelum era perniagaan berlangsung.

Bukti-bukti ini dapat dikatakan, bahwa  Natuna  merupakan salah satu destinasi  yang cukup strategis di masa lalu,  ketika Asia Tenggara memasuki era perniagaan.  Kendatipun terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil, posisi ini dipandang meningkatkan pertumbuan ekonomi penduduk akibat terhubung dengan jaringan regional. Tranformsi situasi masa lalu ini diharapkan dapat memberi inspirasi untuk penataan strategi di wilayah perbatasan. (NAS)



Baca Lainnya


Berita Arkenas

Publikasi Penelitian

Kategori Penelitian

Prasejarah
Hasil penelitian mengenai kehidupan sebelum masa sejarah nusantara
Klasik
Hasil penelitian mengenai peradaban hindu-budha nusantara
Islam Kolonial
Hasil penelitian tinggalan arkeologi islam dan masa pemerintahan kolonial nusantara
Publik
Hasil kajian manajemen sumber daya arkeologi dan pemanfaataanya kepada masyarakat